Jumat, 21 September 2012

'enoughh'

Terulang lagi
semalam kamu pulang jam 2 pagi
setelah berjanji menjemputku di Depok jam 8 malam
setelah membiarkanku menunggu dipinggir jalan hampir satu jam
dan baru bilang tidak bisa menjemput setelah aku yang menelepon
kamu bilang masih di 'kantor'

Dan tahunpun berganti

Terompet terompet itu sangat indah...
Berwarna- warni, kombinasi warna kuning emas, merah serta hijau...
Aku lihat, banyak sekali terompet yang berbentuk naga...
apakah karena tahun ini memasuki tahun naga air.... 

tapi itukan tahunnya orang Cina....
Bingung..... apa pengaruhnya buat orang Indonesia
apa karena kita sudah multikultural???
jadi tahun baru masehipun harus dikaitkan dengan budayanya orang Cina??


atau orang indonesia memang tak punya identitas
sebagai bangsa
pernikahan

the promises

pernikahan  ini adalah perjanjian kerja sama, antara aku dan dia.
laki-laki itu, hanya mencari seorang wanita, yang bisa disebut istri juga bisa berperan sebagai ibu bagi seorang anak perempuan kecil, berumur lima tahun, yang kini menjadi tanggung jawabnya.

Selasa, 03 Mei 2011

salapan

ah...lama tak menulis kata
diiringi musik yang menghentak
seakan jiwa ikut memberontak
lalu retak.....

aku tak pernah lagi mencoba
untuk mengais harap
bahwa kau masih memikirkan
apa yang aku pikirkan

kamu itu seperti angin
seerat apapun aku coba menangkupmu dalam genggamanku
tetap saja kau menghilang disela-sela jariku
yang ada hanya hampa.....

ah....lelah memikirkanmu
lebih baik ku coba pejamkan mata ini
meraih mimpi yang bisa kuciptakan
dalam duniaku sendiri

didalamnya, kita menjadi tokoh utama
walau tetap saja tak ada yang tahu akhir dari jalan cerita mimpi ini
meskipun aku sang pemimpi

Rabu, 20 April 2011

dalapan

بِاسْمِكَ اللّهُمَّ أَحْيَاوَأَمُوتُ

Dengan nama-Mu ya Allah aku hidup dan mati

Merengkuh mimpi dalam genggaman khayal
Seakan malam sudah terikat disini
Jelaga hati selalu terdampar diujung pantaimu
Wahai pemilik mimpi, hamparkan aku kembali esok pagi........

Selasa, 19 April 2011

tujuh

Nama bagus
Cerita ini sebenarnya secuil kisah tentang nama-nama teman di kampus teknik tempat aku kuliah  dulu, yang mayoritas lelaki. Nah, mungkin ketika mendengar kata-kata nama bagus orang-orang akan berpikiran nama-nama seperti Clara, Rani, Yessi, Shinta, atau Angel untuk wanita dan Mike, Joni, Boby, atau David untuk laki-laki. Pokoknya nama-nama yang kedengaran keren dan modern deh.
Tapi kenyataanya sungguh berbalik, nama bagus di kampus kami justru adalah nama panggilan sehari-hari yang awalnya adalah hanya untuk meledek nama asli kami, alias nama julukan dari kakak kelas angkatan untuk kami, terutama saat masa-masa ospek. Jadi nama bagus adalah nama ledekan sedangkan nama jelek adalah nama asli kami, begitulah peraturannya.
Namun, entah mengapa, justru setelah masa ospek selesai, kami malah terbiasa dengan nama-nama bagus kami, jadi seperti nama panggilan yang sudah akrab sekali di telinga kami. Bahkan nama-nama bagus itu seperti membantu kami mengindentifikasi dan mempercepat masa perkenalan kami, juga membantu kami untuk memanggil teman-teman seangkatan yang entah kenapa di angkatan kami saat itu ada lebih dari lima orang yang bernama 'BUDI'.
Jadilah nama-nama bagus tersebut menggantikan nama-nama Budi, seperti Budi Darmawan menjadi Condet, karena rumahnya berada di kawasan Condet, lalu ada Budi Susanto yang berubah menjadi Bancet, Setya Budi Noor menjadi Monyong, Budiyanto  mendapat panggilan Coro, Budi yang lain lagi dipanggil Jepang, karena mukanya mirip orang Jepang, Budi satunya lagi dipanggil Ambon, karena wajahnya mirip orang Ambon, ada juga yang mendapat julukan Semur, kalau dipikir-pikir lagi memang aneh dan lucu. Aku sendiri mendapat panggilan Chimot, entah berasal dari mana kata itu, tahu-tahu ada saja yang memanggilku Chimot.
Nah, kasus 'Budi' tidak berhenti sampai disitu, saat di kelas pun, sering kali terjadi kericuhan kecil. Khususnya saat Dosen mulai mengabsen, karena ada beberapa Dosen yang rupanya malas menyebut nama kami dengan lengkap dan jelas saat mengabsen. Jadi pada saat Dosen menandatangani kartu absen dan memanggil kami untuk mengambil kartu tersebut, Dosen hanya menyebutkan nama yang paling mudah disebut. Giliran nama Budi yang disebut, kadang kami serentak berseru "Budi yang mana Pak?" barulah Dosen menyebut nama Budi tersebut dengan lengkap.
Atau kasus lain, saat sudah ada beberapa kali nama Budi disebut dan masing-masing temanku yang bernama Budi itu maju, masih ada Budi yang lain yang belum diabsen, lalu ketika namanya disebut, maka majulah ia tapi malah Dosen kami yang bingung dan berkata "Lho? Bukannya kamu sudah maju tadi?". Hahaha...dikiranya temenku itu mengambil titipan absen dari teman yang mangkir masuk kelas.
Kasus Budi di kelas kami memang kadang membuat ricuh dan membuat kami tertawa saat proses absen. Akhirnya Dosen kami menyerah, lalu mulai menerapkan metode absen dengan penomoran sesuai urut absen dari pihak akademik dan itupun berlaku jika kami harus menyerahkan tugas kuliah, selain nama ada juga nomor urut absen. Rupanya mereka sering dibuat bingung dengan para 'Budi' ini. Jadilah saat diabsen Dosen hanya memanggil kami dengan nomor satu, dua, tiga, empat dan seterusnya sampai nomor urut terakhir.
Kasus yang lain adalah saat kami membuat kaus untuk club bola, beberapa orang yang bernama Budi, serta Budi-Budi dari angkatan lain ikut di club yang sama. Karena masing-masing memang dipanggilnya Budi di lingkungan rumahnya, akhirnya kamipun sepakat untuk tetap menggunakan nama bagus masing-masing di kaos bola tersebut. Coba bayangkan di punggung kaos bola tertulis SEMUR no. 10, CORO no. 12,  atau MONYONG no. 7.
Herannya lagi, ada beberapa Budi yang berteman akrab, sampai-sampai saat mendapat tugas kelompok, mereka memilih ikut bergabung dalam kelompok yang sama. Pernah satu ketika, saat kebetulan aku dan tiga Budi lainnya tergabung dalam satu kelompok, kami berniat mengerjakannya di salah satu rumah teman kami yang bernama Budi tersebut. Karena aku kebetulan tidak hafal dengan daerah rumahnya, maka ketika sampai di depan gerbang kompleknya, aku berinisiatif menelpon dan yang menjawab adalah Ibu teman kami yang bernama Budi yang punya rumah.
Saat aku bicara “Bisa bicara dengan Budi. Bu?”
Sang ibu menjawab “Bisa, mau Budi yang mana, ada banyak nih?”
Lha? Jadi aku yang bingung, memangnya ada berapa Budi dirumahnya? Atau ada anaknya yang lain bernama Budi juga. Saat itu aku tidak terpikir jika sang Ibu sudah tahu kalau nama teman-teman anaknya juga bernama Budi. Hahaha….jadi aku yang kena dikerjai karena nama Budi.